Sakben krungu crito "man paman sing gguyang sapi" sing tibake crito bawang merah bawang putih, aku mbayangne lek lokasi crito kuwi maeng neng Kali Brantas. Aku mbayangne lek bawang putih karo nangis membik-membik turut pinggir kali nggoleki popoke adik'e sing keli pas dek'e umbah-umbah neng kali. Sakben ketemu pak de tukang angon sing ngengon angonane neng pinggir kali mesti ditakoni opo maeng enek popok beruk keli. dst Sampek akhire ketemu wong wedok tuwek sing lagi mususi beras sing ngaku nemokne popok sing keli.
Mergo omahku cidek Kali Brantas, dadi pas makku crito pikiranku yo kali brantas. Lek crito lengkape monggo digoleki neng google uakeh. Neng kene aku mek crito piye bayanganku sing meh
sakmbendino nyawang Kali Brantas langsung mbayangne lek lokasi critone kuwi neng Kali Brantas. Dadi sakliyane wewe gombel crito Bawang Putih Bawang Merah utowo biyen tak arane Man Paman Sing Ngguyang Sapi utowo Popok Beruk Keli kedadeane yo neng kene.
Lha lek lirik lagune Popok Beruk Keli sing dinyanyekne karo Waljinah kok rung nemu sing lengkap yo neng google. Coba sampeyan bek'e nduwe tulung aku dikandani yo! he he he he
Tampilkan postingan dengan label Kali Brantas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kali Brantas. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 10 Januari 2015
Selasa, 01 Oktober 2013
Adus Kali: Hiburan Anak-anak Kali Brantas di Kediri
Hiburan yang paling mengasikkan bagi anak-anak yang rumahnya di daerah Kali Brantas adalah adus kali (mandi di sungai). Anak-anak biasanya telanjang bulat setelah menyimpang pakaiannya di semak2 pinggir Sungai Brantas dan langsung njegur kali. Saya biasanya sudah merencanakan sehabis pulang sekolah akan adus kali.
Akan tetapi anak-anak sering lupa diri, terlalu ke tengah yang arusnya lebih deras dan lebih dalam karena semakin ke tengah pasirnya semakin sedikit, padahal mereka belum terampil berenang atau malah belum bisa nglangi (berenang). Alhasil kadang-kadang mereka kenter (hanyut ke bawa arus). Kejadian ini sangat menjengkelkan tukang tambang (tukang perahu penyeberangan), karena mereka harus bertindak untuk menyelamatkan anak-anak yang membandel dan akhirnya hanyut. Begitu anak-anak teriak-teriak ketika melihat salah seorang temannya kenter (hanyut) maka tukang perahu penyeberangan (tukang tambang) akan mengejar dengan menggunakan perahunya untuk menyelamatkan. Biasanya kalau sudah dekat sebelum si tukang perahu menyelamatkan dia akan terlebih dahulu menthung (memukul) kepala anak yang kenter tadi dengan menggunakan patang (batang bambu yang diamaternya kecil (bisa digenggam dengan tangan) tapi sangat kokoh, ujungnya diberi besi berbentuk seberti garpu yang runcing digunakan sebagai alat untuk mendorong dan mengemudikan perahu dengan cara ditancapkan ke dasar sunguai lantas didorong sampai ujungnya sengga perahu akan terdorong.) Kemudian baru diangkat. Bila anak tersebut sudah meminum air yang cukup banyak maka anak tersebut dibawa minggir dan di jantur (kakinya diangkat ke atas dan kepalanya di bawah) agar air yang ada dalam perutnya keluar.
Karena anak-anak sering membandel dan tetap saja adus kali, sering ibu mereka meden-medeni (menakut-nakuti) kalau mereka masih membandel mandi di kali maka mereka akan digondol (diculik) oleh wewe gombel.
Akan tetapi anak-anak sering lupa diri, terlalu ke tengah yang arusnya lebih deras dan lebih dalam karena semakin ke tengah pasirnya semakin sedikit, padahal mereka belum terampil berenang atau malah belum bisa nglangi (berenang). Alhasil kadang-kadang mereka kenter (hanyut ke bawa arus). Kejadian ini sangat menjengkelkan tukang tambang (tukang perahu penyeberangan), karena mereka harus bertindak untuk menyelamatkan anak-anak yang membandel dan akhirnya hanyut. Begitu anak-anak teriak-teriak ketika melihat salah seorang temannya kenter (hanyut) maka tukang perahu penyeberangan (tukang tambang) akan mengejar dengan menggunakan perahunya untuk menyelamatkan. Biasanya kalau sudah dekat sebelum si tukang perahu menyelamatkan dia akan terlebih dahulu menthung (memukul) kepala anak yang kenter tadi dengan menggunakan patang (batang bambu yang diamaternya kecil (bisa digenggam dengan tangan) tapi sangat kokoh, ujungnya diberi besi berbentuk seberti garpu yang runcing digunakan sebagai alat untuk mendorong dan mengemudikan perahu dengan cara ditancapkan ke dasar sunguai lantas didorong sampai ujungnya sengga perahu akan terdorong.) Kemudian baru diangkat. Bila anak tersebut sudah meminum air yang cukup banyak maka anak tersebut dibawa minggir dan di jantur (kakinya diangkat ke atas dan kepalanya di bawah) agar air yang ada dalam perutnya keluar.
Karena anak-anak sering membandel dan tetap saja adus kali, sering ibu mereka meden-medeni (menakut-nakuti) kalau mereka masih membandel mandi di kali maka mereka akan digondol (diculik) oleh wewe gombel.
Kamis, 26 September 2013
Ngimpul: Cara Unik Bocah Kalibrantas Memancing Ikan
Ngimpul adalah cara memancing bocah-bocah Kali Brantas jaman dahulu dengan menggunakan pelapung lampu dop (bohlamp). Senar yang ujungnya sudah diberi kail diikatkan pada bohlamp yang sudah tidak terpakai. Umpan biasanya digunakan kotoran manusia (ini kesukaan iwak wagal/jendhil). Biasanya kimpul (satu set bohlamp berserta kailnya) yang sudah diberi umpan dilemparkan ke tengah sungai di daerah mBandar Ngalim (bawah jembatan mBandar Ngalim). Lantas mereka mengikuti bohlamp yang hanyut kampul-kampul (terapung-apung) ke arah utara mengukuti arus sungai brantas. Ketika bohlamp sudah mendeleb menthungul (timbul tenggelam) berulang-ulang karena ditarik oleh ikan yang sudah kesangkut kail maka mereka akan nyemplung ke sungai untuk mengambilnya.Biasanya ikan yang didapat adalah ikan wagal/ jendhil.
Setelah itu mereka akan memasang umpan lagi dikimpulnya dan melemparkannya lagi ke tengah sungai di daerah mBandar Ngalim.
Setelah itu mereka akan memasang umpan lagi dikimpulnya dan melemparkannya lagi ke tengah sungai di daerah mBandar Ngalim.
Wewe Gombel Spesies Hantu Perempuan Penghuni Sungai Brantas
Ilustrasi Wewe Gombel yang dilukis oleh pelukis soko Londo. Mangkane wewene wewe bule he he he he |
Ibu-ibu mendeskripsikan Wewe Gombel senengannya nggondisekap di rumahanya di dasar Sungai Brantas. Mereka akan disuruh membantu kerja membereskan rumahnya yang semua perabotnya sangat mengerikan diantaranya mereka akan di suruh memasak nasi yang entong-nya terbuat dari tangan manusia.
Ada juga lirik lagu yang menyebut-nyebut wewe Gombel di Sungai Brantas:
Satu dua tiga pak gendut naik kuda
Kuda kuda lari pak gendut kecemplung kali
Kali kali brantas pak gendut ra iso mentas
Mentas mentas dewe pak gendut digondol wewe
Wewe wewe gombel pak gendut diewer-ewer
Sebagai catatan, Wewe Gombel di daerah lain disebut dengan Hantu Kalong. Disemarang si hantu ini juga mempunyai profesi tersendiri. Seorang pelukis bongso Londo mencoba menggambarkan hantu spesies ini dalam bentuk seperti di bawah ini.
Entah karena yang melukis adalah orang Belanda, hantu ini tergambarkan ke-bule-bule-an. he he he he
Sabtu, 21 September 2013
Mandigo: Mandi dan Gogo Wedhi secara tradisional di Sungai Brantas
Mandigo adalah singkatan dari kata mandi dan gogo wedhi (menambang pasir), yaitu sebuah aktivitas yang dilakukan
penambang pasir di tempat penambangan pasir secara tradisional di sungai brantas pada sekitar tahun 1970 sampai
1990 an. Tepatnya Sungai Brantas posisi desa Bandar Lor gang VA (sebelah timur). Mereka menambang pasir dengan
menggunakan cikrak atau rinjing yang sepanjang ujungnya diberi logam besi tipis yang tajam agar memudahkan untuk
mengeruk pasir. Mereka masuk sungai pada daerah yang pasirnya mencukupi, lantas menancapkan cikrak atau rinjingnya
ke dalam pasir di dasar sungai. Ketika cikrak atau rinjing sudah tertancap maka untuk mereka akan menekan cikrak
atau rinjingnya untuk mengeruk pasir sambil kepalanya menyelam dan mengangkat kakinya ke atas untuk memberikan
gaya tekan. Tak lama kemudian mereka akan nongol lagi dengan mengangkat cikrak atau rinjingnya di pundaknya dan
berjalan kepinggir sungai dan membawa mentas pasir hasil tambangannya ke atas sungai. Masing-masing orang biasanya
mengumpulkan dalam satu tempat dengan satuan yang mereka sebut "nuk" (sekitar 1M3).
Badan mereka terlihat berotot kekar dan berwarna hitam dengan rambut berwarna kemerah-merahan karena selalu mentas dan nyempulung kali dan kena panas matahari. Hasil dari gogo nya (menambang pasir) akan dibayar oleh juragan pasir (seingat saya pada saat itu ada yang bernama Pak Denu) dan diantar ke pembeli dengan menggunakan cikar (angkutan gerobak yang digeret oleh sapi. Untuk mengangkut pasir biasanya menggunakan dua ekor sapi).
Badan mereka terlihat berotot kekar dan berwarna hitam dengan rambut berwarna kemerah-merahan karena selalu mentas dan nyempulung kali dan kena panas matahari. Hasil dari gogo nya (menambang pasir) akan dibayar oleh juragan pasir (seingat saya pada saat itu ada yang bernama Pak Denu) dan diantar ke pembeli dengan menggunakan cikar (angkutan gerobak yang digeret oleh sapi. Untuk mengangkut pasir biasanya menggunakan dua ekor sapi).
Langganan:
Postingan (Atom)